Thursday, December 15, 2011

He is crying

Pagi ini sekitar pukul 05:25 aku dikejutkan oleh alunan musik “Ave Maria” by Kim Ah Jung yang berasal dari nada panggilan handphoneku, aku pun langsung berlari dari dapur menaiki tangga menuju kamarku yang berada di lantai atas. Dalam pikirku aku sangat berharap itu mungkin Ibran, dengan senyum mengembang selebar-lebarnya aku membuka pintu kamar yang langsung disambut hawa dingin seperti membuka kulkas karena AC nya belum kumatikan. Saat kulihat layar handphoneku tertera nomor yang memang tak asing lagi bagiku, namun itu bukan nomor yang biasa dipake Ibran untuk menghubungiku tapi itu nomornya si Dendy. Senyumku mulai mengendur tapi tetap tersenyum, kenapa dia? Ngak biasanya karena satu-satunya orang yang selalu menelponku sepagi ini cuma Ibran. Ada gerangan apa dia menelpon pagi-pagi buta begini? Setelah beberapa hari tak ada kabar dan bertemu satu sama lain, yah setelah kejadian bertemu Papanya di KFC itu. Aku ragu harus menjawabnya atau tidak, rasanya aku belum siap dan tak tau apa yang harus aku katakan padanya, aku tak mau menyinggung kejadian itu pasalnya dia langsung esmosi kalau membicarakan hal-hal yang menyangkut Papanya. Akhirnya kuputuskan untuk menjawab telfonnya sambil menyusun serangkaian kata yang akan kukatakan padanya nanti.

“Assalammualaikum” salamku
"Walaikumsalam” jawabnya dengan suara parau
“Lamanya ngangkat ni anak, baru bangun kah kamu ni?” tanyanya yang lebih terdengar seperti meledek. Ternyata sikapnya sama seperti biasanya, Alhamdulillah… itu artinya dia baik-baik saja jadi aku tak perlu khawatir berlebihan padanya.
“YE….enak aja! Aku uda bangun dari tadi tau…” jawabku sengit
“O…..H….” katanya
“Ngapain subuh-subuh gini nelpon orang?”
“Ndak papa”
“Ngak mungkin, pasti ada papa ni…. Oh…I know… are you miss me, boy…? Miss my voice? hahahaha” godaku
“GR nya pank ae ni anak, suara kaya orang mau nangis juga, jadi kasian aku kalo dengar hahahaha”
“Ishh… Sialan!”umpatku “Matikan aja pale”
“E, bentar bule”
“Ia ia… tumben bangun pagi…”
“Sholat subuh”
“Oh…”aku hanya tersenyum senang ternyata dia rajin sholat hehehe
“Em, malam ni ada acara kah?”tanyanya
“Kenapa emang?”
“Ada pesta di rumahnya Yuni, mau ikutkah?”
“Pesta apa? Yuni mana? Aku aja ngak kenal kok”
“Maksudnya nemenin aku neng….”
Sebenarnya aku uda paham tapi yah pura-pura aja deh hehehe soalnya ini bukan pertama kalinya tapi yang kedua kalinya dia minta ditemani ke pesta
“Jam berapa? Eh, tungu pesta apa dulu?
“Yuni ultah. Mau ndak?”
“Y…bole lah… tapi aku ngak mau kaya waktu itu!”
“Ia ia, takut betul”
“Oke. Jam berapa?”
“Kerja kah hari ini?”
“ia”
“Kalo gitu pulang kerja aja ku jemput”
“Em…”aku hanya mengangug tanda mengerti walau pun Dendy ngak mungkin melihatnya
“Mau dijemputkah brangkat kerja?”
“Em…ngak usah, aku diantar Ka’i kok”
“Ya sudah, kalo gitu. Uda y..?”
“Bye…Assalammualaikum” tutupku
“Hum…Walaikumsalam” dan tut tut tut tut sambungan pun terputus

Sorenya sepulang kerja Dendy sudah menungu di depan kantor dan kami pun langsung meluncur menuju Coffee Break Café yang berada tak jauh dari kantorku. Di sana sudah ada beberapa temannya yang menungu sambil minum dan menikmati free Wifi, beberapa dari mereka tak asing lagi karena aku sering bertemu dan sering ngejem bareng. Setelah minum segelas jumbo Sparkling Strawberry dan sepiring kentang goreng balado, Dendy langsung mengajakku cabut meninggalkan café diikuti teman-temannya dan langsung menuju rumah Yuni.


Sesampainya di rumah Yuni yang ramai dan penuh dengan anak-anak ABG yang berhamburan di teras belakang rumahnya, beberapa terlihat berkelompok dan ada juga yang mojok di sudut-sudut berduaan. Kita pun langsung jadi sorotan saat tiba di sana dan langsung membaur dengan yang lainnya.
Saat sedang asik mengobrol dengan yang lainnya tiba-tiba terdengar suara yang memanggil namanya Dendy.
“Dendy!” Teriak seorang cowok ganteng yang berbadan tinggi dan tegap berjalan ke arah kami sambil membawa gitar akustik yang sangat cantik, wa aku jadi naksir ama gitarnya dan juga orangnya hahahahaha.
“Heh, ditungguin dari tadi juga”katanya pada Dendy dan teman-temnnya.
“Ayo, mulai sudah”sambungya sambil menyerahkan gitar pada Dendy. Cowok itupun langsung mengiring kami semua menuju sebuah kursi tinggi yang sepertinya tak asing lagi bagiku, eeem di mana y….ah, itu kan kursi yang ada di Scoore! Hahahaha kok ada di sini wah jangan-jangan digondol pulang ni sama si Yuni hahaha. Alunan musik Happy Birthday pun mengalun lembut dari petikan gitar Dendy yang diikuti nyayian yang lainnya. Setelah itu datanglah orangtuanya Yuni dan keluarganya sambil membawa kue ulang tahun di atas meja dorong sambil bernyayi tiup lilinya bersama yang lain dengan iringan gitar yang dimainkan Dendy. Wah pasti bahagia banget jadi si Yuni nih, melihat ini semua pandanganku langsung terarah pada Dendy, entah apa yang dipikirkannya, entah apa yang dia rasakan saat melihat kecerian Yuni dan keluarganya. Aku tak sanggup melihat wajahnya itu, dia memetik gitar sambil tersenyum riang seolah tak ada beban apapun yang dia pikul, seolah tak pernah ada segores luka apapun di hatinya, seolah tak ada dendam dan emosi yang terpendam dalam hatinya, dia menyimpan semua itu dalam-dalam dan menutupnya rapat-rapat hingga tak seorang pun dapat melihatnya. Air mataku serasa ingin jatuh setiap kali melihatnya dan mengingat akan semua yang dia alami. Ya Allah…berilah yang terbaik baginya dan keluarganya, sayangilah dia dan berilah kemudahan hidup baginya serta berilah kekuatan dan kesabaran baginya amiiin….

Dipertengahan pesta tiba-tiba Dendy menjadi pusat perhatian, entah kenapa tapi sepertinya dia mau nyumbang lagu hehehe
“this song for someone that always makes me smiles and louds”
setelah mengucapkan itu dia sempat melirikku sambil tersenyum dan langsung memetik gitar membentuknya menjadi nada-nada yang begitu indah dan sangat menenagkan hati sehingga semua yang ada di situ bagai tersihir dan mengetukkan kaki, mengelengkan kepala, mengalunkan kepala mereka ke kiri dan kekanan mengikuti alunan petikan gitar yang dimainkannya. Suaranya begitu lembut namun terasa sangat berat, aku baru sadar suaranya benar-benar indah….

Dendy megajaku pamitan padaYuni dan yang lainnya. Pada saat menuju pintu kami bertemu cowok ganteng yang membawa gitar tadi uhh hatiku jadi dak dik duk rasanya hehehe :P.
“cabut kah”tanyanya yang dijawab anggukkan oleh Dendy
“Cepat betul”sambungnya. Dendy hanya tersenyum.
“Siapa? Baru kah?”tannyanya sambil melirikku
Dendy hanya mengangkat alisnya keduanya pun langsung tersenyum.“kenalkan dulu” cowok itu meninju pundak Dendy.
“Hai, Azy”cowok itu mengulurkan tangannya sambil tersenyu, waaaah manisnyaaaaaaaaaa
“Echan”kusambut uluran tangannya dengan senyum termanisku sampai menghabiskan setoples gula pasir yang ada di rumah hahahaha
“Imutnya kamu, kecil betul”katanya sedikit menundukan kepala padaku lalau berbisik “sabar-sabar ya sama dia” lalu tersenyum manis padaku dan langsung pergi setelah ada yang memangilnya
“Hati-hati Den, jangan ngebut-ngebut” teriaknya sambil berjalan meningalkan kami.
“Suaramu ternyata bagus y ”pujiku saat kita telah berada di mobil dalam perjalanan pulang
Dia hanya terenyum mendengus. Itu pertama kalinya aku mendengar dia menyanyi karena setiap kali ngejem atau manggung dia ngak pernah nyanyi karena emang dia bukan vocalistnya tapi load guitarist.
"Oh y, lagu yang kamu nyanyikan tadi judulnya apa?"
Dia bukannya menjawab pertanyaanku malah sibuk mencet-mencet tipi mininya hufff. Tak lama kemudian terdengar alunan musik yang sama persis yang dia nyayikan tadi.
"Maroon 5-She Will Be Loved"katanya yang telah kembali asik menyetir sambil senyum-senyum.
Lagunya memang kedengaran bagus dan damai tapi ternyata artinya begitu tooh.... jadi geki sendiri aku...

“Waaah…cantikya…..”pujiku saat melihat pemandangan kota Balikpapan yang dipenuhi dengan gemerlap lampu berwarna-warni sambil mengosokan telunjukku ke kaca jendela hingga membuat kaca berdecit-decit. Tiba-tiba kaca jendela terbuka membuatku kaget, ternyata Dendy yang membukanya.
“WAHHHHH……SEGARNYA…..!!!” ku keluarkan kedua tanganku dan kurentangkan berusaha menagkap udara yang menyentuh lembut kulitku dan ku hirup dalam-dalam hingga membuat tengorokan dan isi dalam tubuhku terasa mengigil dan keram karena dingin, aku melakukannya berkali-kali hinga membuat Dendy tertawa geli dan menutup kembali kaca jendelanya.
Entah apa yang dipikirkan ni anak dari tadi kita hanya muter-muter ngak jelas dan tibalah kita di sebuah bukit yang tak tau di mana dan apa namanya tapi setahuku ini di daerah perumahan Pertamina. Pemandangan laut, ombak yang berdeu-deru dan pingiran kota Balikpapan yang kerlap-kerlip begitu cantik. Suasana yang tenang dan remang-remang, banyak pemuda-pemudi yang sedang mojok ternyata. Aku dan Dendy berdiri dipingir pagar pembatas sambil memandangi laut dan pemandangan kota. Tiba-tiba Dendy pergi sebentar da kembali dengan 2 botol Mizone dan menariku duduk di pingiran bukit yang terbuat dari beton, lalu menyampirkan sebuah jaket Nike hitam pekat miliknya di atas punggungku, wah romantisnya ni cowok…tau aja kalau aku kedinginan. Kami pun kembali dalam diam yang cukup lama dan sibuk dengan pkiran masing-masing, tiba-tiba saja aku teringat kata-kata Izy tadi “sabar-sabar ya sama dia” apa maksudnya tu…?aku jadi bingung sendiri tapi malas memikirkannya karena sudah terlalu banyak yang aku pikirkan saat ini…

“Beberapa hari ini aku nemanin Mamaku ke kantor pengadilan”
“He?!”aku kaget “…Ngurus surat cerai?”tanyaku ragu-ragu
Dia hanya menganguk sambil tersenyum masam lalu kembali diam
“…Den, kamu bisa cerita kok kalau mau…”kataku ragu… tapi Dendy hanya diam saja
“Den…aku kan temanmu jadi cerita saja kalau mau….”
“Teman…? Tap aku nganggap lebih dari teman….”katanya pelan yang membuat hatiku seakan-akan pindah kesebelah kanan dan dadaku terasa sesak… Aku tak tahu harus berkata apa lagi….
“Den aku serius na….”kataku memelas
“Aku juga serius Chan”
Aduh!kali ini bukan hatiku aja yang berpindah tempat rasanya…gimana ni…aku harus mengalihkan pembicaran kayanya ni….tapi apa….?berpikir…berpikir…berpikir…..
“Chan, kau masih nungu Ibran kah?”
huff gimana mau mengalihkan pembicaraan kalau dia sendiri yang memulai pembicaraan T_T
“Em…”aku hanya menganguk
“Kau yakin bisa ketemu lagi?”
Nah tu dia masalahnya, aku sendiri juga ngak tau….hikz….
“Y…kalau kita jodoh pasti kita ketemu lagi nanti. Aku akan tetap menunggu sampai aku bosan dan tak sanggup lagi menungunya, maka aku akan pasrah pada takdir… Aku belum mau mengakhiri ini semua karena aku sudah cukup senang dan menikmati hidupku saat ini ” tanpa sadar sebutir air mata mengalir dipipi kiriku, cepat-cepat ku hapus dengan alasan menyingkap rambut yang terbang ke wajahku. Untung aja gelap jadi Dendy tak mungkin tau… Tiba-tiba tangan dendy telah mendarat di kepalaku dan mengelusnya. Aku benar-benar senang jika ada yang mengelus kepalaku, itu membuatku merasa tenang, itulah hal yang sering dilakukan Ayahku dan Ibran padaku… Aku benar-benar dan sangat merindukan kedua orang itu…. Y Allah sayangilah mereka berdua dan orang-orang disekitarku… Ibuku, keluargaku, teman-temanku, idolaku, orang-orang di kantorku, dosen/guruku dan semuanya…
“Kamu masih ngak mau cerita?”tanyaku padanya
“…emm kau benar-benar mau tau?
“em!”aku hanya menganguk
“Ceritanya panjang”katanya singkat
“Waktuku juga panjang untuk mendengarkan” kami pun saling berpandangan dengan senyum mengembang di bibir masing-masing walaupun hanya bisa melihat dengan samar-samar
“Tapi aku ndak mau cerita” katanya
“Kenapa? takut? Atau malu?”tanyaku bertubi-tubi
“…yah…aku takut benar-benar takut orang akan mengejekku karena punya Papa tukang selingkuh. Aku malu, sangat malu karena orang akan tau aib keluargaku dan terlebih lagi aku ndak mau membebani orang lain, ini masalahku, aku akan menaggung dan menyelesaikannya sendiri”
“Kau sendiri yang bilang aku lebih dari sekedar temanmu itu berarti aku bukan orang lain jadi kau boleh berbagi padaku” melihatku tersenyum Dendy hanya menatapku kosong dan mendengus pelan…
“Jadi, kapan terakhir kali kenaganmu dengan Papamu?”tanyaku to the point
“…ndak tau”
“Seingatmu aja, mungkin tahun lalu atau kapan, ngapain kek…”
“Seingatku aku ndak ingat…”
“eh…mana ada jawaban gitu…”selaku tak mau kalah
“Mungkin waktu SD”
EHHH??? SD? Lama banget….
“Sejak aku masuk SMP aku tak pernah akrab lagi dengannya, dia juga jarang pulang dan sering keluar kota. Sejak itu aku jadi selalu tinggal di rumah sendirian dengan pembantu dan menghabiskan waktu di rumah, kamar, dan bermain gitar sendiri. Kedua kakak cowokku lebih memilih tinggal di Banjar bersama nenek dan kakekku. Walaupun Mamaku juga jarang pulang tapi dia selalu rajin menelfonku tiap hari menyuruhku makan, belajar, mandi dan tidur. Bisa dibilang aku memang kurang kasih sayang terutama dari Papaku. Aku selalu iri dengan yang lainnya, sejak SMP aku tak penah mengambil nilaiku dari sekolah walaupun aku selalu jadi juara kelas dan peringkat pertama,kalaupun aku mengambil nilai itu karena Mamaku sedang ada di rumah tapi kalau ada pembagian nilai dan dia sedang di luar kota berarti aku ndak akan mengambil nilai. Sedangkan Papaku ndak sekalipun pernah menginjakkan kakinya ke sekolahanku. Aku jadi benci padanya dan kebencianku semakin besar saat aku tahu dia suka jalan sama cewek-cewek, saat tau itu aku benar-benar ndak mau percaya tapi aku pernah mengikutinya beberapa kali dan itu memang benar, dia selingkuh dari Mamaku. Aku ndak tau apa yang harus aku lakukan, apa yang harus aku katakan sama Mamaku… Aku ndak berani bilang , aku takut dia terluka tapi lama-lama dia tau juga sejak saat itu dia sering menagis dan melamun terus. Aku sering mendengar mereka bertengkar, setelah bertengkar Papaku pasti kabur tak pulang selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan”
Dendy berhenti sejenak dan menenggak Mizone yang dipegangnya.
“Entah Mamaku itu memang penurut atau bego…Dia selalu mengalah dan tak pernah berbuat apa-apa dan selalu managis. Aku ndak tahan jadi ku minta dia untuk cerai tapi sebanyak apapun kuminta dia selalu bertahan. Dia bilang ndak mau jadi istri yang gagal, dia ndak mau aku jadi anak yang ndak punya Papa…”
Perlahan air mata Dendy mengalir dan terus mangalir, aku bisa melihatnya walaupun samar-samar.
“Aku juga ndak mau kehilangan Papaku tapi aku juga ndak mau mamaku selalu menagis dan terus-terusan tertekan seperti ini. Aku rela kehilangan Papaku demi Mamaku…”
Kali ini dia benar-benar menangis, aku bisa mendengar suara tangisnya. Tak sadar aku juga telah menagis sejak tadi, mendegar ceritanya hatiku benar-benar sakit…sangat sakit dan dadaku terasa sangat sesak bahkan bernafaspun sangat sulit… aku tak tahu seperti apa yang dia rasakan yang jelas pasti sangat hancur dan sakit 100x lebih sakit dari yang kurasakan saat ini. Ku hapus air mataku dan langsung berdiri dihadapannya yang masih duduk, kupandang wajahnya yang basah dengan air mata, tanpa sadar aku menghapus air matanya sambil menangis dan langsung kulingkarkan tanganku di lehernya, dengan pasrah ia sandarkan kepalanya di atas perutku dan melingkarkan tangannya ke pingangku sambil terus menagis. Dia seperti keponakanku yang menagis di pelukanku karena ditinggal Mamanya pergi ke pasar. Aku hanya bisa mengelus kepalanya sambil menangis, aku tau pasti orang-orang curiga degan apa yang kita lakukan tapi aku benar-benar tak peduli apapun saat ini.
Setelah dia berhenti menagis aku pun duduk kembali ke tempatku. Aku hampir mati karena sesak selama bermenit-menit dia memeluku sangat erat, kini dia sudah agak tenang, wajahnya pucat, matanya sembab dan bengkak, begitupun denganku. Bajuku basah dan membuat perutku terasa kedinginan

“Balik aja yuk…dingin…”ajakku. Dia hanya menganguk dan langsung berdiri sambil mengandengku menuju mobil. Saat dalam mobil dia masi tetap diam kemudian keluar mobil sambil membawa botol air mineral. Oh… ternyata dia mencuci mukanya… setelah selesai mencuci mukanaya dia pun langsung masuk lagi ke dalam mobil namun dia masih tetap diam.
“Thanks”katanya memecah keheningan sambil melihatku yang kubalas dengan senyum.
“Coba aja kita ketemu dari dulu”sambungnya
“…emang kenapa…?”Tanyaku menyelidik
Dia hanya tersenyum
“…ndak papa. Ayo pulang…” katanya sambil menyalakan mesin mobil dan melaju meningalkan tempat parkir.

Sorry.... I cant do anything for you, I dont know what must I do, I just can do it... just can stay be your side, give you support, spirit, drop your tears n be your partner to listen your happy or sad story, sharing anything and everything....

I hope you can easy pass your life....

0 comments: